1/03/2016

Ditanya, Kapan Kawin Lagi?

"Kapan kawin?" telah menjadi pertanyaan yang kelewat biasa diajukan saat kumpul bersama sahabat atau keluarga. Setiap orang seakan sudah punya jawaban pamungkasnya masing-masing. Tetapi bagaimana dengan pertanyaan "Kapan kawin lagi?". Punya bocoran kunci jawaban? Nah!

Ditanya, Kapan Kawin Lagi?

Pertanyaan yang paling sering ditanya sama teman yang sudah lama tidak ketemu adalah, “Sudah kawin lagi?” atau “Sudah punya pacar lagi?”. Pertanyaan begini kadang-kadang saya suka jawabnya hati-hati.

Kalau untuk pertanyaan yang pertama, saya bisa jawab dengan jujur, “Belum”, yang kemudian merembet ke “Lho, kenapa?”.

Yang pengen saya jawab, “Ya males aja” tapi akhirnya dijawab, “Ya belum ketemu aja,” padahal ngga nyari.

Sementara untuk pertanyaan kedua, saya lebih sering jawab, “Oh, banyak kalau pacar sih adalah beberapa”. Padahal kalau weekend paling nongkrongnya sama temen-temen yang itu-itu juga atau nangkring di gym.

Kadang saya pikir, apa ngga ada pilihan ice breaker yang lebih tidak private ya, daripada ngomongin status. Seolah-olah berpikirnya orang-orang itu dua dimensi sekali: kawin = bahagia, tidak kawin = tidak bahagia atau kurang komplit.

Padahal kan bisa saja menduda atau menjanda tapi bahagia dan tenang. Content, kalau kata orang Inggris.

Saya pernah tanya sama beberapa kawan mengenai apakah mereka mau kawin lagi. Kalau yang laki, biasanya masih mau. Nah yang perempuan, biasanya mikir dua kali.

Lucu juga ya. Kenapa ya? Apa karena perempuan lebih mikir untuk kepentingan anak daripada laki-laki?

Mungkin karena gaya gravitasi, orang-orang yang bernasib sama biasanya berkumpul dengan yang bernasib sama juga. Setelah ada Facebook, saya punya lebih banyak teman yang duda dan janda.

Mungkin lebih nyambung kali ya. Dan banyak dari mereka yang ngga terlalu mikirin kawin lagi, apalagi setelah beberapa lama sendiri. Seakan sudah terbiasa dengan kehidupan single dan malas memulai dating lagi atau malas mengulangi proses perkawinan lagi.

Kalau buat saya, terus terang bagi saya perkawinan hanya sebuah hubungan yang diakui dan dilindungi negara. Yang lebih penting adalah relationship daripada kawin. Dan saya pikir, orang kawin supaya kalau ada anak, anaknya tidak susah. Saya kan tidak mau punya anak lagi. Itu secara teknis.

Tapi yang lain-lainnya, saya ingat apa kata ayah saya tercinta: kalau kawin, kualitas hidupnya harus lebih baik daripada sebelum kawin. Kalau untuk saya, bukan hal materi tetapi lebih ke arah kualitas hubungan jadinya. Semata-mata for romantic reasons. Karena saya cinta dia dan dia cinta saya.

Itu saja yang penting. Dan companionship tentunya. Jadi, saya sadar betul kualitas hidup saya akan lebih baik apabila saya bisa mencintai seseorang dan dia mencintai saya apa adanya juga.

Tetapi kadang saya mikir juga buat kawin lagi. Apa saya masih bisa menikmati hal-hal yang biasa saya nikmati sendirian? Apa saya masih bisa bangun siang kalau weekend dan mandi sekali sehari kalau hari Sabtu?

Apa saya masih bisa ketemu sampai malam dengan kawan-kawan baik saya, yang bisanya suka dadakan nelpon, ‘Entar ngapain? Ngopi yuuk”. Atau “Kita mau nyelem ke Bali nih weekend ini, ikut yuk” dan biasanya saya tidak mikir panjang untuk angkat koper dan berangkat tanpa meminta izin?

Yang lebih penting lagi, apa anjing-anjing saya nanti bisa tidur di kamar saya? Seberapa berubah hidup saya yang sudah lumayan nyaman sekarang untuk orang lain? Apa saya masih ada toleransi untuk berbagi waktu dengan makhluk lain yang tinggal seatap dengan saya?

Pikiran ini sempat terbersit waktu saya bangun pagi-pagi di hari Minggu yang cerah, melihat anjing-anjing yang sedang tidur pulas di samping saya. Hidup saya rasanya sudah cukup senang, apa saya mau ya kalau pacar saya itu meminang saya?

Soalnya saya sempet ditanya apa mau ikut ke luar negeri kalau dia dapat kerjaan di sana. Respons saya, “Saya bisa kerja ngga di sana?”.

Jadi, sampai sekarang kalau ditanya sama keluarga, “Sudah ketemu calon baru?” Biasanya saya nunjuk ke adik saya yang masih lajang, “Saya sih sudah pernah, yang belum aja dulu deh ditanya, Tante”.

Masalahnya, semakin lama melajang, semakin banyak juga yang saya tuntut dari calon pasangan dan yang memenuhi kriteria itu juga entah sedang berada di mana dan pertimbangan semakin banyak.

Pastinya untuk yang punya anak pertimbangannya juga lebih besar. Saya cukup happy dengan keadaan saya sekarang. Jadi, kawin lagi? Kalau Hugh Jackman atau Jason Statham yang tanya saja saya masih mikir-mikir.

Pacaran dulu aja kali ya …

(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.